Blog tentang mesin las kali ini membahas tentang Mesin Las Elektrod, dimana mesin las elektrod ini dalam bahasa ingrisnya disebut juga Mesin Las Stick, karena kawat lasnya berupa batangan (stick) sebagai bahan tambah dalam proses pengelasanya, Mesin Las Elektod yang umum digunakan adalah jenis mesin las listrik yang di dalamnya menggunakan sebuah Gulungan Transformer sebagai alat untuk merubah Tegangan Listrik (Volt) dari ukuran besar sekitar 220VAC / 380VAC pada bagian primer menjadi ukuran kecil pada bagian skundernya sekitar 20~35VAC, Transformer tersebut didalamnya terdiri dari Gulungan Primer dan Gulungan Skunder. Arus listrik dari sumber tegangan dihubungkan ke bagian Gulungan Primer dan pada bagian Skunder akan mengeluarkan arus Ampere ( I ) yang akan digunakan untuk pengelasan. Besaran arus Ampere yang keluar dari gulungan Skunder di atur oleh sebuah alat yang namanya Core unit yang berperan sebagai Resistance ( R ) dan bisa di geser maju mundur dengan memutar Handle sebagai pengatur besar kecilnya arus yang akan dikeluarkan untuk pengelasan.
Tetapi dengan seiring perkembangan jaman pada saat ini untuk mesin las elektrode sudah mengalami perubahan dan sekarang banyak mesin las elektrode sudah dengan model inverter dan user hanya tinggal memutar potensio ataupun tombol digital untuk mengatur besaran ampere yang akan digunakan untuk pengelasan. Keunggulan mesin las elektrode dengan model inverter yaitu mesin las menjadi lebih ringan dan compact, tidak seperti mesin las elektrode yang menggunakan gulungan trafo yang beratnya bisa mencapai sekitar 20~30kg untuk ukuran terkecil, sebagai gambaran saja untuk mesin las 300A dengan gulungan trafo beratnya bisa mencapai 50~60kg.
Apa itu mesin las TIG? Mesin Las TIG (Las Argon) adalah Mesin las listrik yang pada dasarnya sama dengan mesin las Stick (Elektrode), bedanya ada di bagian ujung Torchnya. Untuk pengelasan TIG di bagian ujungnya menggunakan Kawat Tungsten untuk memanaskan area pengelasan dan dibantu dengan Gas Argon (Ar) untuk melindungi area pengelasan dari gangguan udara luar yang akan masuk ke area pengelasan supaya tidak terjadi blow hole (lubang kecil kecil). caranya adalah kedua tepi material yang akan sambung di cairkan sampai mencapai titik lumer (mencair) kemudian cairan tersebut akan menyatu, pengelasan tersebut tanpa menggunakan bahan tambah (Non-Filler) pada pengelasan material yang tipis dan untuk pengelasan material yang tebal di perlukan bahan tambah (With Filler).
Digunakan untuk pengelasan apa saja Mesin las Argon tersebut? Mesin Las Argon bisa digunakan untuk menyambung plat tipis seperti dalam pembuatan Knalpot (Mufler), repair body mobil, pengelasan cover Box Panel, mengelas pipa stainless seperti dalam pembuatan kursi, mengelas chasis sepeda yang berbahan dari pipa Aluminium, bahkan untuk menyambung pipa Gas berbahan Aluminium dari diameter kecil sampai yang diameter besar.
Material apa saja yang bisa di las dengan menggunakan mesin las Tig? Untuk material yang bisa di las dengan mesin las TIG adalah sebagai berikut:
Aluminium dan paduanya (AC Tig)
Magnesium dan paduanya (AC Tig)
Mild Steel (DC Tig)
Stainless Steel (DCTig)
Brass (DC Tig)
Silicon Bronze (DC Tig)
Cast Iron (DC Tig)
Silver (DC Tig)
Bagaimana cara setting parameter pada Mesin Las Tig?
Besarnya Ampere yang dibutuhkan dalam pengelasan TIG Welding tergantung dari tebal dan tipisnya material yang akan di Las, Jika kedua part yang akan di las berbeda ketebalanya maka untuk setting besarnya ampere disesuaikan dengan part yang paling tipis dari kedua part tersebut. Kenapa parameteternya ikut ke yang tipis?, karena jika kita mengambil data parameter sesuai dengan part yang tebal maka sewaktu dilakukan pengelasan part yang paling tipis akan hancur akibat dari ampere yang terlalu besar.
Kesimpulanya adalah Mesin Las TIG merupakan mesin Las yang Special, bisa untuk pengelasan yang tipis tipis dan bisa di gunakan untuk pengelasan Aluminium, Magnesium, dll seperti yang di sebutkan di atas. Selain Special untuk penggunaanya, mesin Las Tig ini termasuk dalam kategory mesin las yang mahal harganya ditambah harga Gas Argon juga termasuk mahal, jadi jarang pemilik usaha yang memiliki mesin ini kecuali part yang dikerjakan membutuhkan qualitas yang bagus, khusus dan diharuskan menggunakan mesin Las TIG.
Blog Tentang Mesin Las mengenai Stationary Spot Welding (SSW).
Penjelasan :
Stationary Spot Welding (SSW) adalah jenis Mesin Las yang termasuk dalam kelompok RESISTANCE WELDING, bentuknya berdiri dan tidak bisa digeser geser tetapi operator yang memegang material yang akan di las (lihat gambar di atas), berbeda halnya dengan yang namanya Portable Spot Welding (PSW), kalau PSW alatnya yang dipegang dan digerakan sesuai keinginan Operator. Untuk material yang akan di las posisinya diam di atas JIG untuk material tersebut. untuk kedua mesin tersebut arus Ampere yang keluar dari Transformer di perbesar (antara + 2.000Amp ~ + 20.000 Amp) dan Voltage yang keluar dari Transformer di perkecil (antara + 12Volt ~ + 24Volt) tergantung dari Kapasitas Transformer yang terpasang dari setiap unit atau model dari Mesin Las tersebut.
Mesin untuk Las Titik dibagi menjadi dua type yaitu Mesin Las Titik dengan arus AC (arus bolak balik) dan Mesin Las Titik dengan arus DC (arus searah). Untuk penggunaan mesin Las Titik AC dan mesin Las Titik DC itu berbeda fungsinya dan tergantung dari bahan material yang akan di Las, contohnya Mesin Las Titik AC digunakan untuk mengelas dengan material plat dari bahan Besi (Mild Steel), Stainless Steel (SUS) dan Mesin Las Titik DC digunakan untuk mengelas material plat dari bahan Aluminium (ALU), Cooper.
Cara kerja untuk mesin Las Titik adalah paduan antara Waktu pengelasan, besarnya Ampere dan Tekanan (Pessure). dan keteranganya adalah sebagai berikut :
SETTING WAKTU PENGELASAN :
SEQUENCE adalah satu siklus pengelasan dari Squeeze sampai program end.
SQUEEZE adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk turunya Electrode upper ketemu Electrode Lower dan ditambah waktu untuk nunggu antara 3~5 cycle sebelum waktu pengelasan ON.
UP-SLOPE adalah waktu untuk pengurangan arus welding sehingga arus yang keluar tidak langsung besar sehingga arus yang keluar jadi merambat naik, nilainya antara 1~3 cycle.
WELD TIME 1 adalah waktu yang dibutuhkan untuk lamanya pengelasan ke 1
COOL TIME 1 adalah waktu untuk jeda antara Weld 1 dengan Weld 2. (Note : jika diperlukan)
WELD TIME 2 adalah waktu yang dibutuhkan untuk lamanya pengelasan ke 2. (Note : jika diperlukan).
DOWN-SLOP adalah kebalikan dari UP-SLOPE, jadi arus ampernya merambat turun (tidak sekaligus turun).
HOLD TIME adalah waktu yang dibutuhkan untuk memegang plat setelah di cairkan supaya tidak berubah posisinya.
OFF TIME adalah waktu jeda yang dibutuhkan untuk pengulangan SEQUENCE, seperti proses menjahit jika Start Button di tekan terus maka mesin las akan mengelas kembali secara berulang ulang. (Note : jika diperlukan)
SETTING AMPERE UNTUK PENGELASAN :
WELD CUR 1 adalah besarnya arus Ampere yang dibutuhkan untuk mencairkan material yang akan di las ke. 1.
WELD CUR 2 adalah besarnya arus Ampere yang dibutuhkan untuk mencairkan material yang akan di las ke. 2. (Note : Jika dibutuhkan).
□□□》Note : WELD TIME 2 dan WELD CUR 2 ini biasanya digunakan sewaktu mengelas plat dengan besi AS full atau mengelas Plat yang ada coatingan. Sehingga dalam prosesnya perlu pengelupasan coating sebelum proses pengelasan yang sebenarnya.
TEKANAN (PRESSURE) UNTUK PENGELASAN :
AIR PRESSURE adalah besarnya tekanan angin yang butuhkan untuk terjadinya pengelasan dan biasanya besarnya tekanan antara 3 kgf/cm2 (0.3 MPa) sampai 4 kgf/cm2 (0.4 MPa), nilainya bisa berbeda beda tergantung dari hasil Trial atau Standard setting (SOP).
Mesin ini juga bisa digunakan untuk PROJECTION WELDING, dimana dalam satu kali proses pengelasan bisa lebih dari satu titik yang harus di spot, seperti yang terdapat pada kaki Baut atau Mur yang harus di tempel pada Plat Bracket, dalam proses pengelasan Mur atau Baut terdapat embos sebagai titik point pengelasan terhadap Bracket tersebut. Baracket bracket tersebut bisa anda lihat pada bagian dari unit Kendaraan seperti Mobil dan Sepeda Motor. Jenis mesin las ini banyak digunakan di Industri Metal seperti Pabrik pembuat Mobil, pembuat Sepeda Motor, pembuat Box Panel, dll.
Apa saja yang dibutuhkan untuk menghidupkan satu unit Mesin Las Titik :
Sumber LISTRIK
Fungsi dari Sumber Listrik adalah untuk memberikan tegangan ke bagian Trafo/Transformer sebesar 200/380 VAC yang dihubungkan ke bagian Primer. dan yang Skunder akan mengeluarkan Ampere yang berpungsi untuk memanaskan Area yang akan di Las. Dan besaran Ampere yang dibutuhkan untuk memanaskan plat yang akan di las di atur olehTimer Control unit.
Kompresor ANGIN :
Kompresor Angin disini gunanya untuk mendorong selinder yang terhubung dengan Electrode sehingga ada tekanan (Pressure) dibagian Electrode upper dan Lower sewaktu terjadi pengelasan. besarnya tekanan angin (pressure) antara 3.0kgf ~ 4kgf (besaranya bisa berbeda beda dan itu tergantung dari tebalnya plat yang akan di Las Titik (Spot).
AIR Pendingan (Coolant)
Air pendingin (Coolant) berfungsi sebagai pendingin Electrode di Area Las Titik , untuk mendinginkan Transformer dan untuk Pendinginan Thyristor.
Maker untuk Mesin Las Titik dengan jenis Stationary Spot Welding (SSW) yang banyak di gunakan di lapangan adalah Maker dari DENGENSHA, PANASONIC, KIMURA, CHUO, DAIHEN,
Ukuran atau model untuk Stationary Spot Welding umumnya dari yang terkecil adalah : 35 kVA, 50 kVA, 70 kVA, 80 kVA, 100 kVA, 150 kVA sampai 300 kVA
Antara 100 kVA ~ 300 kVA : digunakan untuk Las Titik Maximal sampai 8 titik pengelasan, jika platnya tebal dan titik pengelasan sampai 8 titik maka memerlukan kVA yang lebih besar bisa sampai 300 kVA.
(Mampu atau tidaknya untuk pengelasan tersebut perlu dilakukan trial sample dari dari kedua bahan yang akan di Las dan dikirim ke maker si pembuat produk mesin Las yang direferensikan dan sudah jelas waktunya akan memerlukan lumayan lama).
Kategory dari Mesin Las Titik :
● 35kVA Stationary Spot Welding
==》Standard Type (Tipe Standard)
● 50kVA Stationary Spot Welding
==》Standard Type (Tipe Standard)
==》Projection Type (Tipe Projection)
● 70kVA Stationary Spot Welding
==》Standard Type (Tipe Standard)
==》Projection Type (Tipe Projection)
● 80kVA Stationary Spot Welding
==》Standard Type (Tipe Standard)
==》Projection Type (Tipe Projection)
● 100 kVA Stationary Spot Welding
==》Standard Type (Tipe Standard)
==》Projection Type (Tipe Projection)
● 150 kVA Stationary Spot Welding
==》Projection Type (Tipe Projection)
● 300 kVA Stationary Spot Welding
==》Projection Type (Tipe Projection)
NOTE : Yang dimaksud dari Projection Type adalah jenis mesin yang mampu digunakan untuk melakukan las titik Spot lebih dari dua titik atau lebih dalam sekali proses welding (dalam satu Sequence didalam proses pengelasan)
Nama nama Part Dan Cara Pemeliharaan Welding Torch CO2 (Torch Assy), menurut Blog Tentang Mesin Las untuk pemeliharaan Welding Torch CO2 sangatlah simple tetapi butuh perhatian. Welding Torch pada mesin las CO2 berpungsi sebagai alat untuk menghubungkan arus (Ampere) dari Mesin las menuju material yang akan di las. pada Welding Torch CO2 terbagi menjadi beberapa bagian barang yang dapat di ganti bila terjadi kerusakan. Ada bagian Spare parts dan Consumable Parts.
Contoh - Konfigurasi untuk Welding Torch 350A (CO2/MAG)
Penjelasan untuk masing masing Spare parts Welding Torch :
Direct Plug adalah alat untuk menyambung atau menghubungkan Torch Assy Unit dengan Wire Feeder, umumnya untuk Direct Plug dibuat dan hanya bisa dipasang pada wire feeder dari mesin las dengan merek itu sendiri, contohnya : Torch Assy dari Daihen standardnya hanya bisa dipasang pada wire feeder dari Daihen. Bagaimana jika Torch Assy dari daihen supaya bisa dipasang pada Wire Feeder dari merek Panasonic, yaitu dengan cara mengganti bagian Torch Adaptor untuk joint ke Wire Feeder Panasonic. Selain Panasonic ada juga untuk model lainya seperti Daiden, Hobart dll.
Contoh untuk gambar Direct Plug
Power Cable pada Torch Assy Unit berpungsi sebagai penghantar arus dari mesin las menuju ujung Contact Tip, besarnya power Cable berbeda beda tergantung mesin yang akan digunakan dan sudah ada standardnya. Jadi disarankan jika mau membeli atau mengganti power cable sebaiknya baca terlebih dahulu manual booknya.
Coil Liner terbuat dari kawat baja yang di lilit berbentuk spiral dan untuk diameter dalam dari lilitan Coil Liner di sesuaikan dengan kebutuhan kawat las yang akan di gunakan untuk melakukan pengelasan (ukurannya bervariasi dan sudah standard). Coil Liner tersebut dalam Welding Torch berpungsi sebagai penyetabil jalanya kawat las di dalam Power Cable sampai menuju Tip Body.
Handle Torch adalah sebagai gagang atau pegangam pada Torch Assy, jika terjadi kerusakan maka Handle Torch bisa di ganti dengan cara membeli barangnya ke supplier yang menjual mesin las tersebut.
Torch Switch adalah alat Switch ON/OFF (Micro Switch) yang terpasang pada Handle Torch yang berfungsi untuk menyambungkan start ON/OFF pada saat akan melakukan pengelasan.
Penjelasan untuk Consumable Parts pada Welding Torch :
Torch Body adalah bagian part untuk memasang Tip Body dan mempunyai lengkungan 45° atau 55° tergantung kebutuhan user pada bagian yang akan di las. Standard Torch Body pada Welding Torch adalah 45°.
Insulating Bush adalah bagian alat yang berpungsi sebagai Isolator antara Tip Body dengan Nozzle, supaya Nozzle Torch tidak teraliri arus dari Tip Body.
Orifice atau Ceramic adalah bagian alat yang berpungsi sebagai penyaring dalam penyebaran Gas CO2 pada bagian dalam Nozle sampai keluar dari Nozle sehingga Gas yang keluar lebih stabil dan merata.
Contact Tip atau Tip Electrode pada Welding Torch CO2 berpungsi sebagai bagian part untuk menghantarkan arus langsung ke kawat las yang keluar dari Contact Tip (+) dan kawat las akan mencair setelah bersentuhan dengan benda kerja (-) yang akan di las. Contact Tip tersebut terbuat dari material yang tahan dengan panas.
Pemeliharaan untuk Spare part dan Consumable parts :
Cara memasang dan melepas Direct Plug pada Welding Torch, disarankan pada waktu memasang dan melepas direct plug Torch pada Wire Feeder jangan terlalu kencang dan jangan pula terlalu longgar. Akibat dari terlalu kencang maka ulir pada Direct Plug akan cepat aus dan Rusak. Dan kalau terlalu longgar maka Ulir pada Direct Plug akan terjadi panas akibat arus yang lewat tidak sempurna dan ulir akan terbakar karena panas tadi.
Power Cable pada Welding Torch terkadang kurang mendapat perhatian dari operator itu sendiri, terutama lingkaran atau bengkokan pada Cable Torch. Perhatikan selalu setiap kali akan menekuk Cable Torch dan jangan terlalu ekstrim lingkaranya apalagi kalau sampai di tekuk berlebih. Akibatnya Cable akan cepat putus dikarenakan bagian yang ditekuk tadi akan mengalami panas yang berlebih dan serabutnya akan putus sedikit demi sedikit.
Coil Liner dan cara pemeliharaanya cukup mudah yaitu keluarkan terlebih dahulu Coil Liner dari Welding Torch lalu di bersihkan dengan menggunakan air blow untuk menghilangkan sisa sisa gesekan kawat las yang nempel di dalam Coil Liner. Lakukan setiap hari atau dua hari sekali setiap selesai digunakan.
Handle Torch pada Welding Torch sering pecah yang diakibatkan oleh Handle Torch sering jatuh atau Handle Torch tertimpa benda berat. Saranya alokasikan tempat untuk menempatkan Handle Torch ditempat yang benar benar aman dan mudah untuk penggunaanya.
Kesimpulan:
Perawatan untuk Torch Welding CO2, MAG dan MIG itu sangat diperlukan untuk memperpanjang umur dari Torch tersebut, karena dengan seringnya penggunaan untuk alat tersebut maka partikel partikel kecil yang umumnya dianggap sepele bisa menjadi penghambat untuk kinerja Torch seperti akibat debu yang ada di sekitar area kerja, spatter dari hasil pengelasan, bari dari setiap gesekan kawat las yang melewati Coil Liner di dalam Torch, bengkokan pada penggunaan Torch yang extreme karena posisi jangkauan pengelasan yang sulit, dan masih banyak yang lainya.
Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya dibuat perencanaan dalam membuat jadwal pemeliharaan dan itu di implementasikan siapa dan bagian apa yang menjadi tugas pemeliharaan tersebut.
Jadwal untuk Pemeliharaan umumnya di buat seperti :
Tugas Harian yaitu lakukan checklist sebelum penggunaan, jika ada salah satu part terlihat rusak maka segeralah diganti.
Tugas Mingguan yaitu untuk eksekusi lanjutan dari hasil checklist harian, lakukan cleaning dan check list pemasangan untuk kekencangan seperti baut juga mur pengikat, jika dalam proses cleaning menemukan part yang bisa dianggap rusak walaupun terlihat sepele sebaiknya perhitungkan lagi apakah part tersebut bisa digunakan dalam satu minggu kedepan.
Tugas Bulanan yaitu analisa dari total pekerjaan yang sudah dilakukan tiap minggu sebagai data rangkuman semua permasalahan yang pernah ditemukan dalam mingguan. Acuan ini bisa digunakan untuk mempermudah persiapan part dan penyetokan barang untuk penggunaan dibulan berikutnya.
Mesin Las CO2 adalah Mesin Las Listrik yang di bantu dengan tambahan Gas CO2 untuk mencairkan area pengelasan, Gas CO2 juga berpungsi sebagai pelindung pada area pengelasan dari pengaruh udara luar yang bisa mengakibatkan korosi (blow hole). Jenis mesin las CO2 ada Dua macam yaitu Mesin Las CO2 dengan System Thyristor dan Mesin CO2 dengan System Inverter. untuk keunggulan hasil dari pengelasan sudah pasti lebih bagus yang Inverter, selain permukaan dari hasil pengelasan tersebut lebih halus juga lebih stabil untuk alur dari hasil pengelasanya.
Untuk harga juga sudah pasti lebih mahal 2 kali lipat atau lebih dari harga mesin las CO2 dengan system Thyristor (Maaf... yang saya maksud untuk mesin las buatan Jepang atau Eropa dan Ori ya... ), untuk produk selain dari Jepang dan Eropa mungkin bisa jadi harganya lebih murah.
Regulator Gas untuk Tabung Gas CO2 (CO2 Regulator)
Kabel Las untuk arus positif ( Power Cable) - 3M Std
Kabel Las untuk arus Negatif (Ground Cable) - 3M Std
Kabel Listrik untuk sambungan Listrik dari Breaker ke Mesin Las
Tabung Gas CO2 ( CO2 Gas)
Cara pemasanganya adalah :
Pasang mesin las ke sumber listrik dengan Voltage yang sesuai dengan kebutuhan mesin las tersebut, nilai Voltage dan kVA yang di butuhkan bisa di lihat pada Name Plate yang terpasang pada Body Mesin, Biasanya 380V - 3 phase dan besaran Fuse - Breaker yang dibutuhkan untuk mesin las bisa anda lihat pada buku manual dibagian pemasangan (Installation). Catatan : Baca dengan teliti untuk buku manual dari mesin tersebut sebelum melakukan pemasangan.
Pasang Motor Feeder untuk Kawat Las Roll dan sambungkan Kabel Las untuk arus positif dan Negatif dengan terminal output pada mesin las, dan jangan lupa untuk selalu memastikan kekencangan mur pengikat, karena efek dari tidak kencangnya mur pengikat untuk setiap sambungan tersebut bisa mengakibatkan kerusakan mesin las atau terjadi kebakaran pada sambungan tersebut. Dan tempatkan wire feeder sesuai dengan kebutuhan operator, maksudnya supaya operator yang akan menggunakan mesin las tersebut nyaman dalam penggunaanya.
Pasang Torch Welding dengan menyambungkan ke bagian wire feeder.
Tempatkan Tabung Gas CO2 tidak terlalu jauh dari mesin Las, umumnya Slang Gas (Gas Hose) yang di sediakan dari perlengkapan mesin las adalah 3M, lalu pasang Regulator untuk Gas CO2 pada terminal keluaran dari Tabung Gas CO2 tersebut. setelah kencang lalu atur Flow keluaran Gas dari Regulator dengan memutar pengatur untuk keluaran Gas pada Regulator. Besaran Flow Meter untuk keluaran Gas yang sesuai dengan material yang akan di las bisa anda lihat pada table di buku manual pada bagian Parameter Welding.
Cek ulang untuk setiap pemasangan tadi untuk memastikan bahwa mesin tetsebut sudah benar benar siap untuk digunakan, sebaiknya buatlah Cek Sheet untuk item item pemasangan tadi supaya pemasangan tadi ada datanya.
Apa itu Papan Nama (Name Plate)?
Papan Nama (Name Plate) pada Mesin Las adalah sebuah Plate yang terpasang pada body mesin las dan gunanya sebagai papan informasi mengenai spesipikasi dari mesin las tersebut. Papan nama pada mesin las sangat penting untuk di pelajari dan dipahami oleh setiap penggunanya sebelum melakukan pemasangan (Instalasi). Sehingga pengguna akan terhindar dari bahaya sengatan listrik atau terkena panas api pada saat memasang atau menggunakan mesin las. tersebut.
Seperti yang kita ketahui bahwa sumber Listrik yang tersedia di Indonesia adalah 110VAC - 1 Phase (Single Phase), 220VAC - 1 Phase dan 380VAC - 3Phase (Three Phase) dan Rated Frequency-nya adalah 50Hz. Maka sebelum kita membeli mesin las tersebut sebaiknya kita cek dulu isi name plate yang terdapat pada mesin las tersebut, apakah ukuranya sudah sesuai dengan kebutuhan di lapangan atu tidak, maka di Blog Tentang Mesin Las ini kami akan membahasnya satu persatu apa yang tertulis pada Papan Nama tersebut, seperti :
Rated Output Current adalah (Nilai ukuran Ampere maksimal yang dikeluarkan oleh Mesin)
Rated Input Voltage adalah (Nilai ukuran Voltase yang dibutuhkan untuk Mesin)
Rate Frequency adalah (Nilai Frequency yang di perbolehkan untuk mesin tersebut)
kVA (kW) at rated output adalah (kVA atau kW ukuran terkecil yang disarankan untuk sumber mesin sehingga nilai ampere yang dikeluarkan oleh mesin terpenuhi)
Rate Duty Cycle adalah (Nilai siklus pengeluaran ampere dan lamanya pengelasan yang aman untuk mesin)
Output Current Range adalah (Nilai ukuran ampere terkecil dan terbesar yang bisa dikeluarkan oleh mesin)
Max. No-load voltage adalah (Nilai ukuran Maximal Voltage tanpa beban)
Rate load Voltage adalah (Nilai ukuran minimal Voltage dengan beban)
Rod Size adalah (Ukuran Rod-Electrode atau ukuran batang kawat yang disarankan untuk pengelasan pada Mesin tersebut)
Notes : Nilai Ukuran yang tertera pada name plate itu berbeda beda dari setiap mesin, tergantung dari spesipikasi si pembuat mesin ataupun (jika ada) bisa berdasarkan yang di butuhkan oleh user untuk mengerjakan material yang akan di las.
Jika ada yang melihat di salah satu perusahaan, dan beberapa mesin lasnya menggunakan Listrik 200VAC - 3 Phase, itu berarti mesin las tersebut adalah mesin dengan Standard Japan (Hanya digunakan di Japan), karena di Japan Standard listriknya 100VAC dan 200VAC baik Single Phase ataupun 3 Phase. Maka jika mesin tersebut akan di gunakan di Indonesia, user harus menyiapkan Step-Down dari 380VAC menjadi 200VAC dan kVA yang di keluarkan oleh Step-Down tersebut minimal 10% harus lebih besar dari Nilai input kVA (kVA at rated Input) untuk mesin las tersebut.
Contohnya : kVA pada spek mesin 30kVa, maka kVA yang dikeluarkan oleh Step-Down minimal 33kVA atau lebih besar sehingga mesin lasnya akan lebih stabil ketika di operasikan.
Cara aman mengatur keluaran arus ampere pada mesin las berdasarkan Rate Duty Cycle, informasi nilai yang tertulis pada Rated Duty Cycle pada setiap jenis mesin las itu berbeda beda, biasanya nilai yang tertulis adalah 40%, 50%, 60%, 80% sampai 100%, lebih baik jika mesin tersebut pada Rated Duty Cyclenya tertulis 100%, maka mesin tersebut boleh di gunakan untuk mengelas lebih lama dari 10 menit ataupun tanpa henti selama pengelasanya panjang panjang, asalkan kondisi pendinginan untuk mesin tersebut terpenuhi seperti kipas pendinginan untuk mesin (Fan Motor), Air sirkulasi untuk pendingan mesin (Water Cooled) dan Supply arus listrik untuk mesin tersebut kondisinya stabil (tidak terjadi turun naik saat mesin digunakan untuk melakukan pengelasan).
Lihat table diatas, Siklus pengoperasian digambarkan dengan menggunakan table untuk Rated Duty Cycle 40% dan Ampere yang digunakan untuk pengelasan dalam posisi maksimal yaitu 300A, maka lamannya pengelasan dihitung per 10 menit pemakaian mesin las, berarti mesin las tersebut boleh digunakan untuk melakukan pengelasan terlama hanya 4 menit saja dan 6 menitnya lagi untuk pendinginan, resikonya jika mesin tersebut di paksakan untuk melakukan pengelasan lebih dari 4 menit dengan Ampere 300A, maka mesin akan mengalami Over Heat (mesin mengalami kepanasan yang berlebih), dan akibatnya mesin bisa terbakar pada bagian trafo dan bagian komponen lainya seperti SCR (Thyristor) ataupun P.C.B (Printed Control Board).
Contoh-1 : Seperti yang tertulis di atas, jika Rated Duty Cycle-nya tertulis 40%, maka apa yang harus dilakukan untuk menyetel berapa arus yang di perbolehkan untuk pengelasan terlama, jika Rated Output Current maksimal amperenya 300A?.
Maka :
Untuk Max Cur 300A dan Duty Cycle 40% adalah ada di angka 190A kebawah, artinya tidak boleh melebihi 190 Ampere jika ingin melakukan pengelasan 100% tanpa berhenti selama 10 menit.
Jika pemakaian 250A dan Duty Cycle 40% adalah persentase pemakaianya hanya 58%, artinya 5.8 menit penggunaan dan 4.2 menit pendinginan.
Contoh-2 : Bagaimana jika yang tertulis pada Rated Duty Cycle-nya 60% dengan Rated Output Current maksimal amperenya 300A?.
Untuk Max Cur 300A dan Duty Cycle 60% adalah ada di Angka 233 A kebawah, artinya tidak boleh melebihi angka tersebut untuk melakukan pengelasan 100% tanpa berhenti selama 10 menit.
Jika pemakaian 250A dan Duty Cycle 60% adalah persentase pemakaianya hanya 87%, artinya 8.7 menit penggunaan dan 1.3 menit pendinginan.
Jadi sarannya menurut Blog Tentang Mesin Las adalah pergunakan mesin las tersebut sesuai dengan kemampuan mesin itu sendiri dengan mengacu pada spesipikasi yang sudah tertulis pada papan informasi (Name Plate) setiap mesin. Supaya mesin tersebut bisa lebih lama masa kerjanya.